This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 29 September 2019

Belajar Adalah Ibadah, Prestasi untuk Dakwah

Belajar Adalah Ibadah, Prestasi untuk Dakwah Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar

PH 2 KELAS X MIA 3

Mangga Bermerek

Hujan dan Taubat

RENUNGAN Sekitar satu tahun tidak turun hujan, Bani Israil dilanda bencana yang teramat sangat. Tak hanya kekeringan, tapi juga berbagai penyakit menyerang. Mereka meminta kepada Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah supaya menurunkan hujan. Nabi Musa kemudian mengumpulkan semua penduduk di tanah lapang dan mengajak mereka berdoa bersama. “Wahai Tuhan penguasa hujan, turunkanlah hujan.” Namun, hujan tidak juga turun. Mereka berdoa kembali, “Wahai Tuhan penguasa hujan, turunkanlah hujan.” Musa kemudian berkata, “Ya Allah, biasanya Engkau selalu mengabulkan permohonan kami, mengapa kali ini hujan tidak kunjung turun?” Allah menjawab, “Musa, hujan tidak turun karena di antara kalian ada orang yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun. Karena keburukan maksiatnya, Aku mengharamkan hujan dari langit untuk kalian semua.” Allah kemudian memerintahkan supaya orang itu dikeluarkan dari daerah tersebut. Musa pun berkata kepada kaumnya, “Saudara-saudaraku Bani Israil, aku bersumpah bahwa di antara kita ada orang yang bermaksiat kepada Allah selama 40 tahun. Akibat perbuatannya itu, Allah tidak menurunkan hujan untuk kita. Hujan tidak akan turun hingga orang itu pergi. Maka, usir orang itu dari sini.” Orang yang ahli maksiat itu pun sadar. Kemudian, ia melihat sekelilingnya, berharap ada orang lain yang melangkah pergi. Namun, tak seorang pun yang beranjak dari tempatnya. Ia berdoa, “Ya Allah, aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun. Aku mohon Engkau menutupi aibku. Jika sekarang aku pergi, pasti dilecehkan dan dipermalukan. Aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Terimalah taubatku dan tutupi aibku ini.” Belum sempat meninggalkan tempat, hujan pun turun. Nabi Musa terkejut atas hal ini. “Ya Allah, hujan telah turun padahal tak seorang pun dari kami yang pergi.” Allah berfirman, “Musa, hujan turun karena Aku gembira, hamba-Ku yang bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun itu telah bertaubat.” Atas hal ini, Musa pun memohon kepada Allah agar menunjukkan orang yang dimaksud itu kepadanya, sehingga dia bisa menyampaikan kabar gembira tersebut. Allah menjawab, “Musa, ia bermaksiat kepada-Ku selama 40 tahun, dan semuanya Kurahasiakan. Mungkinkah setelah sekarang ia bertaubat, Aku akan mempermalukannya?” Kisah tersebut di atas memberikan pelajaran (ibrah) berharga kepada kita bahwa kemaksiatan atau dosa yang dilakukan oleh segelintar orang dapat menghalangi terkabulnya doa, termasuk ditahannya hujan dari langit. Begitulah pengaruh buruk dari berbuat maksiat. Pengaruh buruk itu, kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, antara lain, dapat menghalangi turunnya rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan hati, memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya nikmat, dan mendatangkan azab. Karena itu, agar hujan tidak terhalang, selain dengan shalat Istisqa, hendaknya dibarengi dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat. “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud [11]: 52). Wallahu a'lam.

Penilaian Harian_MAN IC JAMBI

Mangga

Minggu, 04 Agustus 2019

PEMBUKAAN INSAN CENDEKIA EXPO

*CARA MEMUTUS SIKLUS ANAK NAKAL* Saat ngopi bareng mas Dodik Mariyanto di teras belakang rumah, iseng-iseng saya buka obrolan dengan satu kalimat tanya: "Mengapa anak baik biasanya semakin baik, dan anak nakal biasanya semakin nakal ya mas?" Mas Dodik Mariyanto mengambil kertas dan spidol, kemudian membuat beberapa lingkaran-lingkaran. "Wah suka banget, bakalan jadi obrolan berbobot nih", pikir saya ketika melihat kertas dan spidol di tangan mas Dodik. Mas Dodik mulai menuliskan satu hadist: *رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِد*ِ _*“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”*_ Artinya setiap anak yang baik, pasti membuat ridho orangtuanya, hal ini akan membuat Allah Ridho juga. Tapi setiap anak nakal, pasti membuat orangtuanya murka, dan itu akan membuat Allah murka juga. "Kamu pikirkan implikasi berikutnya dan cari literatur yang ada untuk membuat sebuah pola", tantang mas Dodik ke saya. Waaah pak Dosen mulai menantang anak baik ya, suka saya. Setelah membolak balik berbagai literatur yang ada, akhirnya saya menemukan satu tulisan menarik yang ditulis oleh kakak kelas mas Dodik, yaitu mas Dr. Agus Purwanto DSc. di sana beliau menuliskan bahwa anak nakal dan anak baik itu bergantung pada ridho dan murka orangtuanya. Akhirnya kami berdua mengolahnya kembali, membuatnya menjadi siklus anak baik (lihat gambar siklus 1) dan siklus anak nakal ( lihat siklus 2) Siklus Anak Baik ( siklus 1) _*Anak Baik -> orangtua Ridho -> Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak makin baik*_ Siklus Anak nakal ( siklus 2) _*Anak Nakal -> orangtua murka -> Allah Murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak makin nakal*_ Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal. *Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal ?* ternyata kuncinya bukan pada anak melainkan pada ORANGTUANYA. Anak Nakal -> *ORANGTUA RIDHO* ->Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak jadi baik. Berat? iya, maka nilai kemuliaannya sangat tinggi. *Bagaimana caranya kita sebagai orangtua/guru bisa ridho ketika anak kita nakal?* ini kuncinya: *َإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ“* *Bila kalian memaafkannya...menemuinya dan melupakan kesalahannya...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 64:14).* *Caranya* orangtua ridho adalah menerima anak tersebut, memaafkan dan mengajaknya dialog, rangkul dengan sepenuh hati, terakhir lupakan kesalahannya. Kemudian sebagai pengingat selanjutnya, kami menguncinya dengan pesan dari Umar bin Khattab: _*Jika kalian melihat anakmu/anak didik mu berbuat baik, maka puji dan catatlah, apabila anakmu/anak didikmu berbuat buruk, tegur dan jangan pernah engkau mencatatnya.*_ *Umar Bin Khattab* saya dapat do'a seperti ini, artinya: _*"Ya Allah, aku bersaksi bahwa aku ridho kepada anakku (dg menyebutkan nama anak) dg ridho yang paripurna, ridho yg sempurna dan ridho yg paling komplit. Maka turunkanlah ya Allah keridhoan-Mu kepadanya demi ridhoku kepadanya."*_ _*Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah anak belum tau.*_ _*Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah orang tua yang tak sabar.*_ _*Tak ada anak nakal, yang ada hanyalah pendidik yang terburu-buru melihat hasil*_ Semoga bermanfa'at Barakallahu fiikum... silahkan share jika bermanfaat... Tulisan ini ditulis oleh ibu septi peni wulandani founder institut ibu profesional, istri dari bapak Dodik Mariyanto Dan versi lengkapnya bisa dicek ke web komunitas https://www.ibuprofesional.com

Selasa, 05 Februari 2019

SNPDB (SELEKSI NASIONAL PESERTA DIDIK BARU) MAN INSAN CENDEKIA SELURUH INDONESIA

SILAKAN KLIK : https://madrasah.kemenag.go.id/snpdb2019/ppdb/persyaratan/man_ic

Selasa, 15 Januari 2019

Jadwal Debat Capres dan Cawapres

Presentasi Kelas XI MIA 2

Senin, 14 Januari 2019

Lanjutan : Dokumentasi Program Unggulan Asrama MAN Insan Cendekia Jambi

#setoran Hapalan
#

Suasana MAN Ic Jambi dimalam Hari

Setoran Tahfidz

Minggu, 13 Januari 2019

***Percik

***Percik By Mosleem Watashiwa ------- "Buk, tolong ibu saya. Tolong talkinkan ibu saya. Tolong ...," pinta Ipung, anak tetanggaku, wajah memelas dalam nafas terengah-engah. Mungkin untuk menuju kemari, ia harus berlari-lari. Aku kaget bukan kepalang mendengar ucapan Ipung. Memang Bu Min, ibunya Ipung, sudah sakit sejak lama. Penyakit diabetes yang dideritanya terus menggerogoti daya tahan tubuh. Terakhir kali, beliau sudah tidak bisa berjalan. Jika kebetulan lewat dan melihatnya terduduk di kursi roda di teras rumah, biasanya aku akan menyapa dan bercengkrama sebentar. Bahkan, tadi pagipun, sepulang belanja sayur, aku masih menyapanya. Tak dinyana, sore hari harus mendengar kabar ini. "Inna lillahi ... oh iya, Pung. Hayuk. Eh, bentar dulu," tukasku. Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Menyimpan sendok nasi yang masih tergenggam di tangan. Tadi, gedoran keras dari luar membuatku terburu-buru membuka pintu. Tanpa sempat berganti baju, aku dan Ipung berjalan cepat menuju rumah Bu Min. Di komplek ini, entah apa alasannya, aku sudah beberapa kali dipanggil untuk menalkinkan orang. Profesi? Bukan. Mengiyakan permintaan bantuan para tetangga untuk menalkinkan orang dalam kondisi darurat seperti itu, banyak pelajaran yang bisa kudapat. Meski, seringkali ada tanya yang menghampiri, "Bagaimana kelak kondisiku saat di situasi seperti itu? Adakah yang bersedia membimbingku? Apakah aku bisa lolos dalam ujian itu?" Ngeri! Terkadang muncul rasa ngeri membayangkan pertanyaan-pertanyaan ini. Sampai di sana, Beberapa tetangga sudah datang terlebih dulu. Aku bergegas menuju pembaringan Bu Min dan segera duduk di sampingnya. Wanita itu berusia hampir sama denganku, enam puluh tahunan, dalam kondisi sakaratul maut. Kini badan tambunnya tergeletak tak berdaya. Mulutnya terbuka. Suara nafas terdengar kencang. Kusentuh kulit Bu Min, sudah mulai dingin. Mungkin inilah yang bernama detik-detik perjuangan. Seketika hati ikut trenyuh. Setelah mendekat ke telinganya, perlahan kubisikkan dua kalimat syahadat. Lalu kuulangi perlahan untuk menuntunnya. Bu Min terlihat kepayahan mengikuti. Atau mungkin konsentrasinya sudah separuh pergi. Kucoba lagi. Kali ini kutuntun dengan kalimat yang lebih pendek, kalimat tauhid. "Laa Ilaaha illallah ...." Bu Min tidak bereaksi. Ku usap kepalanya seraya kembali menuntun kalimat tauhid. Ku ulangi, lagi dan lagi. Sesekali kuselipkan kalimat penyemangat, bahwa ia akan memenangkan pertarungan ini. "Ayo, Bu. Bisa. Ayo kita coba lagi ...." Hampir setengah jam berlalu. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Bersyukur, kerja keras Bu Min mulai membuahkan hasil. Lidahnya makin bisa mengikuti apa yang ku tuntunkan. Terbata-bata. Penuh kepayahan. Namun bisa sampai tuntas. Jangan tanya lagi air mataku. Tumpah ruah saat menyaksikan kesungguhan perjuangan seorang manusia, untuk terakhir kalinya. Sampai ... Perjuangan itu mencapai puncaknya. Setelah rampung mengucap kalimat tauhid, rampung pula deru nafas di dada. Bu Min berpulang pada pemilik sejati. Dua anak Bu Min, Ipung dan Yana, menangis tergugu. Ratapan mereka terasa menyayat hati. Begitupun aku, mata ini terus membasah. Sekalipun wajah tenang Bu Min menjadi mimik terakhir, tetap saja, seindah apapun sebuah kematian, kesedihan tetap menggelora. Bersebab fisik tak lagi bisa bersua, untuk selama-lamanya. Sore menjelang maghrib, Urusan pemandian jenazah telah usai. Aku pamit pada Ipung untuk pulang ke rumah. Menurutnya, malam ini juga jenazah almarhumah akan dimakamkan. "Pung, Ibuk pulang dulu sebentar, ya. Mau angkat jemuran yang tadi masih diluar. Nanti ba'da maghrib Ibuk balik lagi," ucapku pada anak sulung Bu Min. Ipung berkali-kali mengucapkan terima kasih. Ia menawariku untuk mengantar, tapi langsung kutolak. Nenek enam cucu ini Alhamdulillah masih diberi kesehatan. Aku langsung melangkah pulang. Sesampainya di rumah, lekas mengangkat jemuran, bebersih badan, lantas sholat maghrib. Seusai sholat, tanpa diminta memory berputar mundur sejenak. Saat menalkinkan, konsentrasiku sempat agak oleng. Beberapa kali harus menyaksikan realita yang ... akh! Membuat hati ini miris. Beberapa tetangga yang menengok Bu Min, sesekali mengarahkan handphone bagus untuk memotretnya. Cekrek!. Dalam kondisi Bu Min yang tengah kepayahan. Duhai ... untuk apa? Kenang-kenangan? Bukankah masih banyak cara untuk mengenang? Bukankah lebih baik memberi kenanganan yang utama, dengan menyokong perjuangannya? "Mari ikut mendo'akan." Seru hatiku kala itu Argh ... Astaghfirullah Hatiku kian menangis, saat menyaksikan Yana, putri bungsu Buk Min, sepanjang aku menalkin, sepanjang itu pula ia sibuk dengan handphone-nya. Membuat video di menit-menit terakhir sang bunda, seraya satu tangan berkali-kali menyeka air mata. Duhai, Sayang ... Ini ibumu sedang berjuang. Tak inginkah kau memompa kekuatan? Setidaknya agar beliau mampu bertahan, dari serangan syetan yang akan terus membelokkan lidah, di kesempatan terakhirnya Ambil posisiku, Sayang ... Sadarkah, Nak ... Hanya untuk sebuah kenangan yang bertahun kemudian akan menghilang, kau tukar dengan sesuatu tak tergantikan. Kesempatan. Kesempatan berbakti sepenuh hati, saat raganya masih bisa kau lihat. Kesempatan mewujudkan cinta, menuntunkan kalimat tauhid sebagai bekal kehidupan alam selanjutnya. Yah ... nak, Berilah bekal itu, Tuntunlah ibumu, Tapi ... akh, iya, dia bukan anakku. -- Kini aku memiliki satu pesan untuk kalian, anak-anakku ... Jika saat agung itu tiba, Talkinkan aku, hingga ujung waktu Percayalah ... Aku lebih membutuhkan itu Aku sangat membutuhkan itu Aku ingin lisanmu yang menuntunku Tangan berlekas melipat mukena, lalu menyeka bulir bening yang membasahi pipi berkulit keriput. Malam ini, aku berniat menelpon Gina dan Rumi, untuk menyampaikan permintaan ini. "Talkinkan aku, anakku ..." [] ** #copas

Sabtu, 12 Januari 2019

Daftar Grup Chat WA Pejuang OSN ~~ SMP & SMA

Daftar Grup Chat WA Pejuang OSN ~~ SMP & SMA

Ayo gabung !! ^^

#SMA
OSN Matematika SMA: https://chat.whatsapp.com/KsLOq9RppAh9Wu4Y9wLNhB

OSN Fisika SMA: https://chat.whatsapp.com/GTFS478hE0Z7swf7RXLFM8

OSN Kimia SMA: https://chat.whatsapp.com/CKMcaxj1lu66VefFta6Swz

OSN Biologi SMA: https://chat.whatsapp.com/JkHP3ewmvq2KelY6UNjZnk

OSN Astronomi SMA: https://chat.whatsapp.com/H8ZVwxWn63x7hC4HucZ92K

OSN Kebumian SMA: https://chat.whatsapp.com/FOQCwFOBZ3N5Bn18NC86RB

OSN Komputer SMA: https://chat.whatsapp.com/IFYd5eM121Y46joW167t56

OSN Ekonomi SMA: https://chat.whatsapp.com/ErkjyRNvEzy8Mn1q9Ry2Xy

OSN Geografi SMA: https://chat.whatsapp.com/ELscckcHFpc5D3YDQ2CH8r

#SMP
OSN Matematika SMP: https://chat.whatsapp.com/GQjGeSWbOQ2JJgWqSahZAX

OSN IPA SMP: https://chat.whatsapp.com/KutOrUWNySgKhIUdSIi6d0

OSN IPS SMP: https://chat.whatsapp.com/HelYkfOmGuh6YBabjvC8Pj

Semoga bermanfaat!!

Jumat, 11 Januari 2019

ALIANCE